Kerap bertanya, di manakah silap-ku?
Ternyata hakikat cukup terang,
namun silau di mata-ku.
Di sebalik suram ini,
adanya dikau sang bintang,
menyuluh simpati.
Malang sekali, sekilas pandang-ku,
dia turut menghilang pergi.
Dia juga benci pada-ku,
enggan menyinar lagi.
Di mana bisa cari pengganti,
kata hati.
Kadang ada, kadang tiada,
munculnya cahaya mengaburi lara.
Syukur itu tetap jitu,
asalkan hadir-mu di sisi-ku.
Iva Munira.
No comments:
Post a Comment