Tuesday, October 19, 2010

Humidity


Nian diibaratkan,
membakar diri biar sendiri.
Sang teman hanya perbualan,
jauh sekali akibatnya perit.

Hancur luluh sikit-sikit,
cair lebur hingga ke dasar.
Putih ke hitam apa kisahnya?
Gelap terpadam juga akhirnya.

Mirip mentari tidak semena,
bukan sungguh bulan purnama.
Nian ini hanya yang punya,
sakit diri janji selesa.

Amboi rancak api bersiul,
berdetik kencang menurut waktu.
Bukalah matamu sayu,
saksikan jangka hayat-ku.




Iva Munira.

Friday, October 15, 2010

Happy?

Sampai sudah waktunya akal itu tepu,
Menapis tepis hina itu tidak bisa.
Bukan dirancang atau merancang tujuannya.
Berjalan kaki sendiri menunggu dugaan.

Setiap kiri dan kanan tercalar,
dek emosi dan nafsu yang tak sabar.
Ampunkan khilaf yang tak pernah sudah.
Jiwa ini muda dan masih tak terjaga.

Alangkah mulianya kuasa mantera,
membimbing tangan menunjuk jalan.
Sekali ini juga kita akan sedar,
arah tuju tak mampu disimpan.

Digenggam erat rasa yang ada,
usah relakan terbangnya melayang.
Sakit di luar parutnya di dalam,
terus sembunyi menanti peri.





Iva Munira.

Tuesday, October 5, 2010

SINGAlong

Terbanglah pergi tsunami,
Usah menghampiri.
Aku ingin menyanyi,
sekuat hati menggegar bumi.

Aku tahu dia berkata,
pekakkan saja telinga.
Bukan bibirnya yang derita,
tapi hati ini yang selesa.

Memang mudah mengarang kata,
namun payah menyusun bahasa.
Jangan dihina mimpi yang indah,
khayal ini kita terus luah.

Sakit perit bila bingit,
impaknya luas nafsu tercuit.
Sungguh enak lagu ini,
Bagi akulah, kau apa peduli?




Janji tak guna ayat manis.





Iva Munira.